
Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) bekerjasama dengan Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, dengan bangga mempersembahkan Seri Diskusi Afternoon Tea #44: Sesaknya Playlist dan Leganya Mencari bersama Idhar Resmadi sebagai pembicara.
"Sejak musik menjadi penat oleh eksplorasi akademisi dan sarat beban makna, tantangan selanjutnya mungkin bukan perkara musiknya –namun persoalan mendengarkannya."
Dengan begitu masif dan invasif-nya aplikasi-aplikasi seperti Spotify atau Joox, mendengarkan musik menjadi keharusan mendengarkan playlist dan bukan keleluasaan memilih selera: supermarket “bebas tapi terbatas”. Benarkah perkara menikmati lagu akhirnya menjadi sangat algoritmis –tanpa sadar kita selalu mendengarkan karya-karya musik yang tidak pernah benar-benar kita gemari?
Idhar Resmadi
Idhar Resmadi Lahir di Bandung, 19 Juli 1985. Pendidikan yang ditempuhnya antara lain D3 Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran (2003-2007), Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran (2007-2011), dan Magister Studi Pembangunan ITB (2013). Saat ini aktif bekerja dan berkarya di Bandung sebagai dosen, penulis, konsultan, dan peneliti. Selain itu sering diundang sebagai pembicara, moderator, atau pemateri di berbagai forum kegiatan seputar musik dan budaya. Mulai merintis karir menulis musik sejak bekerja di Ripple Magazine pada 2005 dan ratusan artikelnya telah dimuat di berbagai media massa baik di dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa buku yang pernah ditulisnya antara lain Music Records Indie Label (Dar Mizan, 2008), Based on a True Story Pure Saturday (UNKL Books, 2013), dan Jurnalisme Musik dan Selingkar Wilayahnya (Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia, 2018).
Untuk informasi lebih lanjut, mohon hubungi:
Adytria Negara
Program Manager
+62 851-9500-4505
Mardohar B.B. Simanjuntak
Lahir 1977, Mardohar B.B. Simanjuntak adalah dosen estetika di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Bandung. Selain aktif mengajar dan meneliti di universitas, juga menjadi pegiat fotografi independen dan menjadi pembicara di forum seperti Seminar Estetik “Larut” yang diadakan oleh Galeri Nasional Indonesia, moderator di berbagai forum kebudayaan, menulis buku tentang estetika, filsafat dan politik, dan turut pula berpartisipasi dalam pameran kelompok yang diadakan di Bandung.