Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) bekerjasama dengan Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, dengan bangga mempersembahkan Seri Diskusi Afternoon Tea #41: Sekat Labirin Gambar Gerak bersama Muhammad Akbar, Teddy Hendiawan dan Yusuf Ismail sebagai pembicara.
"Dunia gambar gerak (moving image) bukanlah hal baru, dan obsesi manusia atas wujud visual semacam itu tak pernah habis. Sayangnya, film hiburan ringan seakan menjadi satu-satunya acuan bagi siapapun yang ingin membuka ruang diskusi. Dan kecenderungan semacam ini menelan pemirsa dalam tataran global serta menutup ruang diskusi alternatif. Film bioskop dan televisi kabel juga menyingkirkan aspek kebaruan film sebagai bagian dari kekayaan khasanah gambar gerak yang sarat pesan mendalam."
Masalahnya, film hiburan bukan satu-satunya gambar yang bergerak. Dan film yang memberi penekanan pada kulit–bukan pada isi–pelan tapi pasti membunuh hakikat film itu sendiri. Semakin sarat sebuah film dengan ilusi komputasi-grafis, semakin kosong pesannya. Di sisi yang berlawanan, film sebagai karya seni kini menjadi bahasan eksklusif di antara sejumlah pemirsa dalam hitungan jari. Saat film menjadi bungkus tak berisi, dua media lain siap menggantikan kehadirannya: realitas virtual (virtual reality) yang tidak lagi memisahkan pengamat dan yang diamati dan game computer berukuran ratusan gigabit yang makin sinematik, naratif dan partisipatoris. Selain itu, batas film seni dan video seni pun semakin samar. Keduanya pun menjadi sinonim yang saling menggantikan. Dalam Afternoon Tea ke 41 kali ini, teoretikus Teddy Hendiawan akan membantu memetakan gelagat dunia gambar gerak kontemporer beserta dengan kompleksitas permasalahannya. Dari sisi praksis, dua seniman video, Muhammad Akbar dan Yusuf Ismail, akan memberikan tanggapan yang dapat memperkaya pemahaman tentang rangkaian imaji-imaji yang mengalir tanpa henti dalam hidup kita.
Teddy Hendiawan
Teddy Hendiawan saat ini berprofesi sebagai dosen di Universitas Telkom mengampu mata kuliah di antaranya Teori Film, Sinematografi, Studi Budaya dan Budaya Populer. Fokus penelitiannya saat ini ada di wilayah Film Studies. Sangat aktif di bidang seni dan desain baik sebagai pengajar dan juga seniman. Terlibat cukup intens sebagai anggota diskusi Badan Ekonomi Kreatif yang berhubungan dengan perfilman daerah, juri berbagai festival film di Jawa Barat, narasumber di berbagai forum perfilman kreatif yang diadakan oleh instansi negara dan beragam seminar kebudayaan yang berkaitan dengan film dan desain sejak 1999.
Muhammad Akbar
Muhammad Akbar (Bandung, 1984) lulus dari Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia. Aktif sebagai perupa video dan visual jockey, Akbar pun beberapa kali membuat film pendek eksperimental. Ia juga bekerja dalam bidang desain grafis dan motion graphic dengan nama Killafternoon. Ia juga kerap berkolaborasi dengan band dan musisi subkultur. Akbar adalah anggota sebuah grup musik noise rock A Stone A, kelompok performans Wayang Cyber, VideoLab dan Open Lab. Akbar sempat bekerja di iF Venue, sebuah ruang alternatif di Bandung.
Untuk informasi lebih lanjut, mohon hubungi:
Adytria Negara
Program Manager
+62 851-9500-4505
Yusuf Ismail
Yusuf Ismail (Bogor, 1982). Ia belajar seni patung di Institut Teknologi Bandung. Yusuf tertarik dengan wacana budaya media baru. Ia berusaha mengambil jarak dengan arus besar kritik sosial yang menggunakan media baru, dengan cara merekonstruksi budaya mental di sekitarnya. Pada 2012 Yusuf meraih posisi pertama dalam Bandung Contemporary Art Award. Ia sudah berpartisipasi di beberapa pameran, baik di Indonesia dan di luar negeri.