top of page
Pada awalnya saya bertemu dengan gambar-gambar acak yang mempunyak kecenderungan sama, perempuan Jawa yang saya temukan di beberapa ruang, tempat dan benda-benda. Misalnya di Museum Ullen Sentalu Yogyakarta, di mana setiap perempuan Jawa memiliki mata yang ‘menyimpan’ atau pada beberapa cover buku yang menampilkan gambar-gambar perempuan.
"Saya juga memiliki kegagapan membaca kultur Jawa di dalam keseharian di Bandung yang bekerja di dalam tubuh saya. Tempat-tempat yang pernah saya kunjungi (Jogja, Pati, Solo, Cicalengka, Citayem, dan beberapa tempat yang lain), orang-orang yang berada di dalam lingkaran maupun di luar lingkaran, permasalahan-permasalahan yang saya hadapi dalam konteks kesenian maupun di dalam ranah keluarga, juga mimpi-mimpi di dalam tidur…."
Mendut sulit ditangkap, rasanya seperti air dalam minyak, 2,7% air di dalam 100% tong minyak. Mendut juga seperti semangka, hijau, putih, hitam dan begitu berair. Keras dan lembut secara bersamaan, begitu lengkap dan pas. Semangka Pati adalah sekuel ketiga, sebagai wadah dari segala imaji-imaji Mendut, bukan tentang Mendut, yang mungkin tidak terbatas, bahkan acak.
Semangka bisa saja diposisikan sebagai medium simbolik ataupun rasa yang di dapat dari pencarian dan perjalanan ini sendiri. Pati pada awalnya adalah sebuah nama tempat yang sering dituliskan dan dihubungkan dengan Mendut. Tapi setelahnya, Pati adalah sesuatu yang keras.
Untuk informasi lebih lanjut, mohon hubungi:
Adytria Negara
Program Manager
+62 851-9500-4505
bottom of page