top of page
Sebagai bagian dari “Jerman Fest”, Goethe-Institut Indonesien mengembangkan proyek musik yang besar bersama dengan Ensemble Modern dan KfW Stiftung, yang berdasarkan tradisi musik Indonesia yang kaya. Program ini mempertemukan komponis-komponis dan musisi-musisi muda Indonesia dengan Ensemble Modern asal Frankfurt, salah satu ansambel solois yang terkemuka di dunia untuk musik klasik kontemporer. Komposer-komposer Indonesia turut berpartisipasi dalam workshop kolaborasi bersama anggota dari Ensemble Modern di Jakarta dan Frankfurt.
"Pertemuan ini mendorong rasa ingin tahu dan fleksibilitas yang artistik pada kedua sisi sebagai bentuk eksperimen para musisi terhadap instrumen barat dan Indonesia dan mengeksplorasi jenis-jenis yang beragam dari notasi, penyeteman dan suara yang harmonis. Masing-masing komponis menicptakan karya khusus untuk Ensemble Modern yang menggambarkan pendekatan-pendekatan artistik yang berbeda dan menggabungkannya dengan musik teatrikal, audiovisual atau elemen-elemen elektronik dan juga menggunakan lagu atau tarian dalam harmoni dan ritme musik gamelan."
Pertukaran ini menjadi tiga tahap: lokakarya pertama dihadiri oleh 16 komposer muda yang dipilih oleh para juri independen dari berbagai daerah di Indonesia dan diadakan di Jakarta untuk bekerja sama dengan Ensemble Modern dan untuk mempresentasikan karya dan tradisi musik mereka. Setelah tahap pertama ini, Ensemble Modern memilih 8 komposer muda untuk mengembangkan komposisi khusus untuk dibawakan oleh Ensemble Modern. Pada bulan Januari, awal tahun ini, para komposer terpilih pergi ke Frankfurt untuk bekerja langsung dengan Ensemble Modern dan untuk memperkenalkan ide-ide pertama karya mereka. Musim gugur ini, semua seniman terkait akan bertemu kembali untuk berlatih bersama dalam membawakan komposisi-komposisi tersebut. Semua karya akan ditampilkan dalam konser pada tanggal 6 dan 7 Oktober 2015 di LAB Frankfurt – sebelum Frankfurt Bookfair, dimana Indonesia merupakan Tamu Kehormatan tahun ini. Pada bulan Desember 2015, tiga konser akan digelar di Jakarta, Yogyakarta dan Bandung.
Seorang seniman video berdarah Anglo-Ethiopia, Theo Eshetu, yang sudah diakui dunia internasional telah dipercayakan untuk mengabadikan momen pertemuan musik interkultural ini ke dalam bentuk film pendek eksperimental yang berjudul “RUANG SUARA: Soundscapes” dan akan dipertunjukan sebelum setiap konser. Menyambut konser ini, Sunaryo membangun sebuah instalasi acoustic shell (tempurung akustik) yang terbuat dari sekitar 900 batang bambu, merespons wahana amphiteater. Selain memenuhi fungsinya untuk memantulkan suara/bebunyian, instalasi ini hadir sebagai sebuah karya seni yang mandiri. Karya ini diberi judul Bamboo’s Serenade.
Untuk informasi lebih lanjut, mohon hubungi:
Adytria Negara
Program Manager
+62 851-9500-4505
bottom of page