Misi
Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) adalah sebuah ruang dan organisasi nirlaba yang bertujuan mendukung pengembangan praktik dan pengkajian seni dan kebudayaan visual di Indonesia. Dididirikan pada tahun 1998 oleh Sunaryo, dengan arahan dan dukungan dari Yayasan Selasar Sunaryo, fokus utama SSAS adalah pada program dan kegiatan seni rupa kontemporer yang berorientasi pada edukasi publik, melalui pameran koleksi tetap, juga pameran-pameran tunggal atau bersama yang menampilkan karya-karya para seniman muda dan senior, dari Indonesia maupun mancanegara.
Sebagai pusat kebudayaan, SSAS juga menyelenggarakan pameran, diskusi, residensi dan lokakarya yang berhubungan dengan disiplin-disiplin seni lain seperti desain, kriya, seni pertunjukan, sastra, arsitektur, dan lain sebagainya. Semua jenis kegiatan di SSAS— mencakup program anak-anak, konser musik, pementasan teater, pemutaran film, pembacaan karya sastra, ceramah dan berbagai aktivitas lainnya—dirancang berdasarkan arahan dari Dewan Pertimbangan Kuratorial yang terdiri dari para akademisi, kritikus dan praktisi seni. Dalam misinya, SSAS juga berkiprah dalam jejaring seni rupa kontemporer internasional melalui kerjasama dengan berbagai insitusi mancanegara.
Sejarah
Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) berawal sebagai Selasar Seni Sunaryo — nama terdahulunya — yang merupakan perwujudan impian lama Sunaryo untuk berkontribusi dan mendukung pengembangan seni rupa di Indonesia. Selasar Seni Sunaryo secara resmi dibuka pada bulan September 1998 dengan pameran tunggal Sunaryo yang berjudul Titik Nadir (The Nadir Point, atau "titik terendah"). Pameran ini mencerminkan kepedulian seniman terhadap situasi sosial politik Indonesia saat itu, pada masa kekacauan dan keputusasaan bagi banyak orang Indonesia: rezim Soeharto jatuh bersama dengan krisis ekonomi-sosial dan banyak orang yang menderita kelaparan.
Alih-alih menampilkan karya-karyanya untuk pembukaan yang sudah lama ditunggu-tunggu ini, Sunaryo memilih untuk membungkus dan menyembunyikan karya-karya seninya dan bagian-bagian bangunan dengan kain hitam. Ia mencerminkan kreativitasnya yang terguncang, dan perasaannya bahwa ia telah mencapai titik terendahnya, yaitu Titik Nadir.
Karya-karya seni tersembunyi, terbungkus yang seharusnya dipamerkan ini telah menjadi karya-karya seni baru. Di gerbang pagar galeri, di atas selembar kain hitam Sunaryo menulis:
Dari peresmiannya pada tahun 1998 hingga berganti nama di tahun 2001 menjadi Selasar Sunaryo Art Space, organisasi ini telah mengalami beberapa tahapan renovasi dan dalam perkembangannya menambahkan beberapa fasilitas baru untuk mendukung pameran dan kegiatan seni rupa. Sekarang ini, SSAS telah menjadi salah satu pemain kunci dalam lanskap seni-budaya Indonesia.