Karya cukil kayu Herry Dim ini dijuduli “Catatan Desember 1999”. Sesuai dengan judulnya, pada karya ini memang tertera teks (tertulis) yang mendominasi sebagian komposisi gambar. Gambar bagian atas berupa teks yang ditorehkan dengan visual khas cukil kayu. Di bagian bawah, ada sosok mirip manusia, dengan “properti” mirip alat makan. Sosok itu tampaknya duduk di kursi, menghadapi satu meja.

Teks itu, jika anda cukup teliti, mungkin akan terbaca. Bagian paling atas, paling gamblang, bertuliskan tanggal 6 Desember 1999. Bagian lain, sepertinya tidak dirancang untuk mudah dibaca. Lalu apa peran teks tertulis macam ini pada karya seni rupa? Menimbang komposisi gambar, bagian atas berupa teks menjadi semacam latar dari sosok manusia yang diabstraksi. Terbaca atau tidak teksnya, sosok yang terimba jadi berkesan dimuati narasi. Jelas bahwa ada narasi tertentu di benak sang perupa saat menggubah karya. Ketidak-terbacaan teks, membuat pemirsa karya tidak harus selalu merujuk pada “narasi asli” yang ada di benak sang perupa itu. Ada ruang tafsir, ruang imajinasi, dalam ketidak-terbacaan itu.

Herry Dim memang punya jejak rekam panjang sebagai perupa pun penulis. Baik rupa maupun tulis, masing-masing punya watak. Karya ini, uniknya, memadukan kedua watak itu.