top of page
Dawai Dawai Dewa Budjana menampilkan 34 gitar koleksi dari musisi Dewa Budjana yang merupakan buah dari proyek jangka panjang Budjana dengan melibatkan 34 seniman ternama Indonesia. Merujuk pada karya tulis Bre Redana selaku penulis dalam buku Dawai Dawai Dewa Budjana, bermula dari keinginan sederhana untuk memberi aksen lain pada penampilan gitar, berkembang seiring dengan minat Budjana di dunia seni rupa. Keinginan untuk menjadikan koleksi gitarnya bagian dari seni rupa. Proyek merespon gitar ini kemudian melibatkan nama-nama perupa ternama di Indonesia dan bermuara nantinya dalam museum gitar di Ubud agar dapat diapresiasi oleh khalayak luas.
"Ke-34 seniman ternama yang terlibat dalam proyek ini antara lain, secara alfabetikal, adalah sebagai berikut; Agus Suwage, Arie Smit, Astari Rasjid, Ay Tjoe Christine, Bob Sick, Djoko Pekik, Erica Hestu Wahyuni, Handiwirman Saputra, Heri Dono, I Nyoman Masriadi, Jango Paramarta, Jeihan Sukmantoro, Ketut Murtika, Made Budhiana, Made Djirna, Made Sumadiyasa, Made Wianta, Mangu Putra, Midori Hirota, Nasirun, Nyoman Gunarsa, Nyoman Mandra, Nyoman Meja, Nyoman Nuarta, Pande Ketut Taman, Pande Sumantra, Putu Sutawijaya, Runi Palar, Srihadi Soedarsono, Sunaryo, Syagini Ratna Wulan, Teguh Osentrik, Wayan Tuges, Yunizar."
Menurut Bre, karma dari keinginan memberi sesuatu adalah menerima. Proyek ini berbalik memberikan banyak pelajaran termasuk diantaranya pelajaran mengenai dunia seni rupa. Bagaimana anatomi seni rupa Indonesia dapat dilihat beberapa siluetnya dalam proyek ini. Dapat disimak perjalanan seni rupa dimulai dari seni rupa klasik-modern-kontemporer, sampai dengan bagaimana posisi seni rupa dalam medan konsumsi dan gaya hidup sekarang ini.
“Ketika gitar-gitar itu coba digarap oleh perupa-perupa yang juga memilih jalan seni rupa sebagai jalan hidup dan menghasilkan taksu, kolaborasi ini melampaui apa yang semula diangankan, yakni persenyawaan antara gitar dan seni rupa. Dia melebihi itu. Ia mengungkap secara lebih dalam pelaku-pelakunya, sebagai manusia, sebagai pelaku kebudayaan, sebagai pelaku kehidupan.” (Bre Redana)
“Diambil dari judul buku pertama saya umumnya keindahan suara gitar bisa didengar melalui petikan, teman-teman perupalah menjadikan gitar sebagai kanvas dimana mereka bebas berekspresi melalui mata, telinga, pikiran... Seni menjadi bingkai kami untuk bertemu. Tentunya pertemanan, kesempatan dan kemauan yang membuat semua ini terjadi. Astungkara... Mungkin sudah karma-Nya Tuhan mempertemukan saya dangan makhluk-makhluk seni yang hebat... Semoga buku dan pameran gitar-gitar ini bisa menjadi sejarah peristiwa seni budaya tanah air kita. Sampai bertemu di museum gitarku di Payogan, Ubud, Bali yang akan menjadi rumah tinggal dawai-dawai ini.” (Dewa Budjana)
Rangkaian program ini terselenggara atas kerjasama Selasar Sunaryo Art Space dan Manajemen Dewa Budjana.
Untuk informasi lebih lanjut, mohon hubungi:
Adytria Negara
Program Manager
+62 851-9500-4505
bottom of page