top of page

Cryptobiosis: Seeds of the World

23 Januari –
15 Februari 2015

Ruang B & Ruang Sayap,
Selasar Sunaryo Art Space

Pameran Khusus dari The Japan Media Arts Festival


Kurator:
NAKAO Tomomichi

Seniman:
YAMAMOTO Yoshihiro, Saigo No Shudan (ARISAKA Ayumu, OITA Mai, KOHATA Ren), KANNO So & YAMAGUCHI Takahiro, TOYAMA Keiichiro, Nanmo (YANAGIHARA Takayuki), La Societe Anonyme, WADA Ei, INABA Takuya, James Bridle, SHINTSUBO Kenshu+IKEGAMI Takashi, IGARASHI Daisuke, Syaiful Aulia Garibaldi, Bagus Pandega

Pembukaan Pameran:
Jumat, 23 Januari 2015
19.00 Amphitheater
Dibuka oleh Agung Hujatnikajennong

Pertunjukan Pembuka:
“Braun Tube Jazz Band” oleh WADA Ei
Jumat, 23 Januari 2015
20.00 Ruang B (dengan live streaming ke Amphiteater)

Kuliah Umum/Wicara Seniman:
“Cave Paintings: Artistic Expression from Prehistoric tIMES”
Pembicara: YAMAMOTO Yoshihiro, Syaiful Aulia Garibaldi and Dr. Pindi
Moderator: Agung Hujatnikajennong
Sabtu, 24 Januari 2015
15.00 Bale Handap



07.jpg

Badan Urusan Kebudayaan, Pemerintah Jepang bekerjasama dengan Selasar Sunaryo Art Space menyelenggarakan CRYPTOBIOSIS: Seeds of the World – Pameran Khusus dari The Japan Media Arts Festival.

Pameran ini menampilkan karya-karya pemenang penghargaan The Japan Media Arts Festival yang diselenggarakan setiap tahun sejak 1997. Tujuan festival ini adalah memperkenalkan secara komprehensif karya seni rupa yang berfokus pada atau memanfaatkan media baru, gadget, aplikasi, games, animasi, manga (komik)dan sejenisnya, yang memanfaatkan teknologi termutakhir dan mewakili semangat kemajuan yang kreatif.


"Selain karya-karya pemenang penghargaan The Japan Media Arts Festival, pameran ini juga menampilkan karya-karya beberapa seniman Indonesia dengan sebuah tema yang berkaitan dengan fenomenabiologis: "cryptobiosis". Terdapat pula kegiatan diskusi untuk mendukung pameran dan pemutaran film, yang memberikan peluang untuk pertukaran wacana lebih jauh yang saling menguntungkan antara Indonesia dan Jepang."



topi naga - 2017.jpg
Salah satu penemuan terbesar dalam sejarah seni rupa pada 2014 dapat dipastikan adalah lukisan gua tertua di dunia yang ditemukan di Pulau Sulawesi, Indonesia. Menampilkan gambar-gambar bentuk tangan dan binatang, lukisan-lukisan gua ini melingkupi dorongan-dorongan orang-orang yang hidup di sini, di tengah-tengah hutan belantara Pulau Sulawesi, yang butuh diekspresikan dan direkam layaknya sebuah kapsul waktu.

Karya-karya artistik secara esensial adalah juga kapsul-kapsul waktu yang merangkum emosi-emosi yang dialami oleh seniman dalam ruang dan waktu tertentu, dalam pengertian bahwa sesuatu yang tersembunyi dalam tiap-tiap karya diberikan kehidupan baru dan akan terus hidup melalui empati pemirsa.
Dalam biologi, perilaku hewan dan tumbuhan untuk menghentikan aktivitas kehidupan sementara untuk bertahan hidup dari lingkungan alam yang ekstrim disebut “cryptobiosis (aktivitas kehidupan tersembunyi)”. Bunga teratai yang tumbuh dari benih yang berusia beberapa ribu tahun dapat dinyatakan sebagai contoh luar biasa dari cryptobiosis. Selain sebagai penghentian aktivitas kehidupan berdasarkan ekspektasi bahwa aktivitas kehidupan akan berlangsung kembali, cryptobiosis dapat pula dinyatakan sebagai sebuah metode untuk bertahan hidup.

Akhirnya di antara karya-karya pemenang penghargaan Japan Media Arts Festival yang lalu pameran ini ingin memfokuskan diri pada karya-karya yang mencoba melalui beberapa metode untuk menghidupkan kembali sesuatu yang telah terkubur di suatu tempat di dunia kita, yang keberadaan dan nilai mereka lama terlupakan, dan mencoba untuk mengumpulkannya bersama-sama di Bandung, Indonesia.

 

 

Untuk informasi lebih lanjut, mohon hubungi:

Adytria Negara

Program Manager

program@selasarsunaryo.com

+62 851-9500-4505

bottom of page