Bandung International Digital Arts Festival (BIDAF) 2014 |
On the Character and the Media Sebuah Pameran Seni Video/Digital
19 - 24 Desember 2014 Ruang B dan Ruang Sayap Selasar Sunaryo Art Space Seniman: Arahmaiani, Ariani Darmawan, Daniel Kho, Eldwin Pradipta, Ezzam Rahman & Ghazi Alqudcy, Gotot Prakosa, Krisna Murti, Muhammad Akbar, Prilla Tania, Ruyi Wong, Tromarama, Satria Yulianto Kurator: Heru Hikayat Asisten kurator: Anis Annisa Maryam Pembukaan Acara Jumat, 19 Desember 2014. Pk. 19.00 WIB. Di Amphiteater. Dibuka oleh Deddy Mizwar (Wakil Gubernur Jawa Barat) Pertunjukan Jumat, 19 Desember 2014, Pk. 19.00 WIB, di Amphiteater: SATELLITE GAMELAN (sonic art) oleh Greg Scheimer - Australia. Sabtu, 20 Desember 2014, Pk. 20.00 WIB, di Amphiteater: BODY RESPONSE (visual dance) oleh Helga Yosiana & Firsty Soe - Indonesia. Minggu, 21 Desember 2014, Pk. 20.00 WIB, di Amphiteater: DIGITAL BUDHA (multimedia) oleh Jin Hi Kim - Korea Selatan/USA. Penutupan Acara Minggu, 21 Desember 2014. Pk. 20.00 WIB. Di Amphiteater. Ditutup oleh Deddy Mizwar (Wakil Gubernur Jawa Barat) Pameran ini menampilkan karya-karya seniman yang mengeksplorasi ihwal video dan/atau rekayasa digital, sejak era tahun 1970an, dekade ketika semangat pembangunan menggebu-gebu, sekaligus bagi sementara orang mengkhawatirkan. Seniman generasi termuda yang tampil dalam pameran ini berkarya di tahun 2000an. Era ketika rekayasa digital telah dianggap lumrah. Rekayasa digital bukan sekedar memungkinkan penciptaan image yang teramat imajinatif namun juga ketersebarannya melampaui ruang dan waktu, karena peran social-media. Seniman, barangkali tidak lagi mengemban tugas merepresentasikan kenyataan dalam arti mewujudkan tiruan yang tepat. Sebaliknya di jaman ketika kenyataan terus menerus direpresentasi, dan representasinya berkelindan dengan rekayasa imagery, maka satu hal yang bisa ditelisik seniman adalah kesenjangan antara kenyataan dan representasinya. Saya membayangkan “karakter”, dalam hal ini bukan sekedar karakter dari perseorangan, melainkan juga karakter dari media. Pameran ini fokus pada video, juga teknologi digital. Seniman bisa kita percaya sebagai pihak yang punya sensibilitas tinggi. Apapun yang menjadi fokus dan minat seniman, ia haruslah menggeluti media yang menjadi pilihannya. Dengan demikian, dalam “new media art”, yaitu karya-karya seni yang menggunakan teknologi informasi, seniman pun bisa kita percaya menelisik lebih jauh karakter dari teknologi ini. Maka, jika kita menjajarkan sejumah karya pada sebuah pameran, kita akan bisa melihat penampang dari karakter tersebut. (Heru Hikayat, Kurator Pameran) -------------------------------------------------------------------------------------------------
The Year of Living Digitally Bandung International Digital Arts Festival (BIDAF) 2014 19 - 24 Desember 2014 Diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
[...] Sejarah mencatat bahwa seniman selalu dapat menangkap dan mengungkapkan dengan cara yang unik setiap impuls budaya dan kesadaran baru yang muncul pada pergantian abad dan menyebabkan terjadinya transformasi sosial di dalam masyarakat. Munculnya aliran Dadaisme dan Futurisme di abad ke 20 merupakan bukti dari pernyataan tadi. Dalam hal ini, yang menjadi pertaruhan adalah akselerasi kehidupan yang terjadi karena dominasi mesin atas kehidupan manusia. Pada awal abad ke 21 ini, akselerasi kehidupan tersebut terjadi lagi. Kali ini penyebabnya adalah dominasi teknologi digital terhadap kehidupan. Pada era digital sekarang ini manusia mengalami isu “kecepatan” (speed) jauh lebih dahsyat daripada yang dapat mereka bayangkan. Kecepatan digital ini membuat dunia menciut menjadi ruang kecil yang dapat dilintasi dalam waktu seperberapa detik. Pada titik inilah para seniman memainkan peran mereka kembali untuk menangkap impuls-impuls budaya dan kesadaran baru tadi, serta mengungkapkannya kepada masyarakat dengan cara mereka berekspresi yang unik. Penyelenggaraan Bandung International Digital Arts Festival (BIDAF) bertujuan untuk menggalang para seniman dari seluruh dunia untuk mengungkapkan pengalaman mereka dalam alam digital ini. Para seniman yang ikut serta dalam BIDAF 2014 berkarya dalam berbagai media seperti suara, gerak, rupa, animasi, instalasi dan tontonan. Di samping pameran dan pementasan, BIDAF juga memiliki kegiatan lokakarya dan kuliah-demo seni animasi dan musik digital yang akan disajikan oleh para seniman ternama dunia. Festival ini juga mendatangkan para sarjana terkemuka yang akan mengungkapkan pandangan serta isu penting mengenai seni digital di abad ke 21, terutama yang berhubungan dengan potensi kebudayaan Asia. Para sarjana ini juga akan membahas peran apa yang dapat dimainkan oleh para seniman Asia dalam alam digital di panggung global. Dengan menyajikan BIDAF untuk masyarakat Bandung dan sekitarnya, saya berharap bahwa kota ini dapat merebut kembali posisinya di awal abad ke 20 sebagai pusat seni dan budaya modern. Sehubungan dengan adanya pelbagai perguruan tinggi yang memiliki program teknologi di kota ini, maka BIDAF juga ingin memproyeksikan Jawa Barat sebagai pusat dan pendidikan seni digital di Indonesia. [...] (Franki Raden, Ph.D., Direktur BIDAF 2014)
|