Purwa Wiwitan - Daksina Wekasan (Dari Awal hingga Akhir)

Pameran Haryadi Suadi dan Radi Arwinda

22 September - 4 November 2012

Selasar Sunaryo Art Space

Jalan Bukit Pakar Timur 100 Bandung 40198

 

Jadwal Pembukaan: Sabtu, 22 September 2012, pukul 16.30

dibuka oleh Tisna Sanjaya dan Muhammad Zico Albaiquni

 

Artists Talk: Sabtu, 6 Oktober, 2012 pukul 15.00

Pembicara: Haryadi Suadi dan Radi Arwinda

Moderator: Agung Hujatnikajennong

 

 
 

Judul pameran ini diambil dari idiom Jawa /Sunda kuno yang dipengaruhi oleh Bahasa Sanskerta, yang berarti: "Dari Awal hingga Akhir". Bukan hanya sebuah idiom, frase tersebut menunjukkan suatu pandangan kosmologis tertentu yang diusung oleh kedua seniman dalam pameran ini.

Haryadi Suadi (lahir tahun 1939) adalah seorang seniman grafis senior berpendidikan ITB, pusat dari ‘Mazhab Bandung', sebuah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi aliran seni dengan karakter formalistik yang diperkenalkan oleh para seniman Belanda di Bandung tahun 1950-an. Bagaimanapun, ketimbang semata-mata menyerap gaya Barat, Suadi sudah sejak lama mengagumi budaya lokal Cirebon, tempat di mana ia lahir dan dibesarkan. Karyanya sangat dipengaruhi oleh ikonografi, artefak, seni pertunjukan, sejarah lisan dan kehidupan sosial Cirebon. Dalam dunia kultural Indonesia, Cirebon merupakan sebuah lokasi yang memiliki budaya visual dan sistem kepercayaan yang sangat unik, yang menampilkan percampuran dari animisme/dinamisme lokal, Kejawen, Kesundaan dan Islam.


Sementara itu, Radi Arwinda (lahir tahun 1983), anak laki-laki Suadi, merupakan bagian dari generasi terbaru seniman kontemporer Indonesia yang secara sadar menyerap pengaruh budaya populer global dan seni rupa kontemporer. Sebagai anak laki-laki yang lahir pada tahun 1980-an, ia mengalami 'invasi Jepang' yang terjadi seiring dengan gelembung ekonomi di Jepang dan era keemasan hubungan ekonomi bilateral antara Jepang dan Indonesia. Sebagai seorang seniman yang muncul di tahun 2000-an, karier Arwinda berkembang dengan meningkatnya popularitas lukisan Superflat karya Takashi Murakami. Dalam karya-karya lukisan dan instalasi Arwinda, kita dapat melihat bagaimana ia menyerap dan meleburkan semua pengaruh-pengaruh visual, termasuk dari ayahnya beserta nenek moyang Cirebonnya, budaya pop Jepang, budaya action figure Amerika, dan Superflat.


Pameran ini akan menampilkan karya-karya yang dikerjakan oleh Suadi yang berkolaborasi dengan Arwinda. Menampilkan lukisan, karya grafis, objek dan instalasi, pameran ini menampilkan intensi tertentu yang menantang pemahaman tentang 'keaslian' dalam budaya visual Indonesia hari-hari ini. Hibriditas, sinkretisme dan kompleksitas terlihat jelas dalam cara mereka menyandingkan ide, ikonografi dan idiom. Pameran ini juga akan menyajikan penggabungan ruang ketertarikan kedua seniman, yakni sebuah presentasi khusus yang menampilkan berbagai koleksi mereka (objek, kain, piringan hitam, action figure, jimat, lukisan kaca, wayang, komik, dan lain-lain). Fiksi ilmiah, animisme, popisme dan spiritualisme ini tercampur baur dan saling bersinggungan sehingga menghasilkan suatu ironi sebagaimana sebuah permainan identitas

(Agung Hujatnikajennong, kurator pameran)

 

Download e-catalogue Purwa Wiwitan Daksina Wekasan 

 

 

Purwa Wiwitan Daksina Wekasan(video teaser):