Puisi Lubuk Mimpi

Solo Exhibition by Sunaryo
March 1st - 15th, 2009
Open :Tuesday - Sunday | 10.00 am - 5.00 pm
venue : Gallery A, gallery B, Sayap gallery 

Puisi Lubuk Mimpi merupakan pameran tunggal Sunaryo yang menampilkan karya-karya yang dihasilkan dalam proses residensinya di Singapore Tyler Print Institute, Singapura (2007), sebuah institusi internasional yang bergerak dalam produksi, pengembangan teknologi dan publikasi karya-karya seni cetak grafis dan kertas.

Karya-karya dalam pameran ini mencerminkan tahapan lanjut dalam eksplorasi artistik Sunaryo, terutama dalam mengolah material sebagai metafor. Kertas menjadi representasi alam dalam pengertiannya yang luas karena berbagai karakter keringkihann dan ketidakabadiannya yang menyerupai hukum universal tentang alam. Jika umumnya kertas dilihat sebagai sebagai media pendukung yang ‘konvensional’—layaknya kanvas, atau permukaan datar dwimatra yang hanya ‘menampung’ garis, warna dan bidang—Sunaryo malah memperlakukan kertas sebagai material ‘mentah’. Selain ia isi dengan komposisi bidang, garis, warna dan pola cetakan, kebanyakan kertas itu juga ia sobek, tambal, tekan, cetak, lapis, tempel dengan elemen visual yang berbeda-beda.
Elemen rupa yang muncul secara dominan pada karya-karya Sunaryo kali ini adalah gambaran sidik jari dan permukaan tangannya sendiri. Eksplorasi visualnya kali ini didorong oleh ketertarikan pada persoalan identitas manusia yang paling personal—yang identik dengan gambaran cap atau sidik jari. Bentuk-bentuk cap jari itu umumnya diperbesar sedemikian rupa, sehingga menyerupai pola garis berulang yang ritmik dan dinamis. Pada beberapa karya, cap jari itu ‘ditabrakkan’ dengan gambaran motif batik cap (Jawa) yang ia analogikan sebagai representasi identitas sosial atau kultural. Ini adalah cara Sunaryo untuk mempersoalkan ketegangan antara yang personal/hakiki dan kultural/artifisial.
Jika sebuah puisi liris kita fahami sebagai suatu gubahan ekspresi yang dimanifestasikan melalui struktur literer yang mengandalkan pengolahan dan dramatisasi bunyi—rima, tata-kata dan irama—maka sesungguhnya kita juga bisa menemukan ‘semangat liris’ dalam karya-karya Sunaryo. Lirisisme itu tercermin pada ekspresi emosi yang diolah sedemikian rupa, sehingga bersifat langsung, spontan, manusiawi dan mengajak pembacanya untuk berdialog langsung dengan cara-cara yang sederhana, namun menggugah. Karya-karya dalam pameran ini merefleksikan pendalaman persoalan secara sangat subjektif dan personal, namun, pada saat yang sama bisa menyentuh persoalan-persoalan universal.

Agung Hujatnikajennong


Join us:
Charity Auction

Opening Performance - Collaboration of Sunaryo (artistic), Maya Hasan (harp), Arif Setiady (saxophone), Hendriana Werdaningsih (dance), Prilla Tania (Multimedia)

 

Related News
http://bandung.detik.com - Menguak Sidik Jari di Lubuk Mimpi
http://cetak.kompas.com - Menikmati Mimpi
http://www.korantempo.com - Eksperimen Kertas Sunaryo
http://www.entertainment.roll.co.id - Sunaryo Kembali Ramaikan Panggung Seni Rupa Indonesia