Riar Rizaldi
Selasar Sunaryo Art Space- JUDUL
Post-Code (or at Least Paraphrasing Sublimity)
- MEDIUM
Proyektor DLP, lembar akrilik, komputer jinjing, tali
- DIMENSI
Dimensi bervariasi
- DATE
2017
- KONSEP KARYA
Sebagian besar peralatan elektronik yang dimanufaktur secara massal hari ini memiliki mekanisme yang tidak transparan. Hal ini didorong oleh bagaimana teknologi mulai meninggalkan ruang-ruang mekanikal, menggantikan interaktifitas antar objek dengan sesuatu yang bersifat digital—data biner. Kode-kode dan algoritma komputer menjadi pengganti banyaknya mekanisme mekanikal yang hadir di aparatus dan perkakas elektronik sebelum pengembangan komputer.
Berangkat dari karya Ay Tjoe Christine dan Deden Sambas dalam pameran Lama Sabachtani Club dan bagaimana perkakas memaparkan mekanismenya dalam karya tersebut, karya Post-Code berusaha merespon gejala ketidak-transparan dalam sebuah mekanisme teknologi kontemporer lewat presentasinya yang menelanjangi interaksi antar objek, kode, dan algoritma. Dalam Lama Sabachtani Club, mekanisme objek—yang berupa tools primitif; guillotine juga mesin ketik mekanikal—menjadi alegori dari hubungan antara rasa sakit dan keterpanggilan dalam konteks religi.
Dalam Post-Code keberadaan peralatan kontemporer seperti proyektor dan komputer diposisikan sebagai simbol dari hubungan vertikal manusia dengan yang adikodrati—teknologi sebagai pengganti ataupun penambah porsi religi.