Patricia Untario

  • JUDUL

    Memo

  • MEDIUM

    Performans standing figure tanah liat, patung figur karya Amrizal Salayan, peralatan modeling patung

  • DIMENSI

    Dimensi bervariasi

  • DATE

    2017

  • KONSEP KARYA

    Seniman yang berkesan untuk saya adalah Lidyawati, kawan saya di Studio Seni Patung FSRD ITB. Untuk karya tugas akhirnya dia memanfaatkan sampah potongan kayu dari tugas akhir kawan saya yang lain, Leonardiansyah. Potongan-potongan kayu itu ia susun kembali menjadi bentuk batang kayu dan balok kayu besar.

    Pameran yang berkesan untuk saya sampai saat ini adalah Amor Fati yang diadakan di Selasar Sunaryo Art Space pada 2007. Amrizal Salayan yang juga menjadi dosen saya di Studio Seni patung ITB berpartisipasi pada pameran itu. Sebelum 2008, dosen-dosen patung sangat minim berpameran sehingga pameran ini sangat berkesan untuk saya. Secara khusus saya memang mengagumi Amrizal Salayan sebagai dosen yang mengajarkan mata kuliah standing figure dan berkarya menghasilkan karya-karya figuratif dan monumental.

    Pada pameran Amor Fati, ada salah satu karya beliau yang berjudul Siklus Kehidupan-Siklus Kematian. Karya ini hadir dengan sepasang daun pisang. Daun pisang pertama masih segar dan hijau sedangkan yang kedua kering, coklat dan rapuh. Bagi saya ini ada kaitannya dengan karya Lidya yang menggunakan sampah, sesuatu yang sudah “mati”. Keduanya berbicara tentang kematian. Kematian ini yang kemudian ingin saya angkat pada karya ini. Mata kuliah standing figure sudah tidak diajarkan lagi di Studio Seni Patung ITB, di mana Amrizal yang menjadi pengajarnya. Dengan tidak adanya lagi mata kuliah ini saya seperti melihat studio seni patung berada di ambang kematian.